SUKU BUDAYA JAWA TENGAH
Mayoritas
penduduk Jawa Tengah adalah Suku
Jawa.
Jawa Tengah dikenal sebagai pusat
budaya Jawa,
di mana di kota Surakarta
dan
Yogyakarta
terdapat
pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini.
Suku
minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa,
terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga
ditemukan. Pada umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan
jasa. Komunitas Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak
di antara mereka yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang
kental sehari-harinya.
Selain
itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula
komunitas Arab-Indonesia.
Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang
perdagangan dan jasa.
Di
daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang
Sunda yang
sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan
Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa
Timur)
terdapat komunitas Samin
yang
terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan orang
Kanekes di
Banten.
Meskipun Bahasa
Indonesia adalah
bahasa resmi, umumnya sebagian besar menggunakan Bahasa
Jawa sebagai
bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa Dialek Solo-Jogja dianggap
sebagai Bahasa
Jawa Standar.
Di
samping itu terdapat sejumlah dialek Bahasa Jawa; namun secara umum
terdiri dari dua, yakni kulonan dan timuran. Kulonan dituturkan
di bagian barat Jawa Tengah, terdiri atas Dialek Banyumasan dan
Dialek Tegal; dialek ini memiliki pengucapan yang cukup berbeda
dengan Bahasa Jawa Standar. Sedang Timuran dituturkan
di bagian timur Jawa Tengah, di antaranya terdiri atas Dialek Solo,
Dialek Semarang. Di antara perbatasan kedua dialek tersebut,
dituturkan Bahasa Jawa dengan campuran kedua dialek; daerah tersebut
di antaranya adalah Pekalongan dan Kedu.
Di
wilayah-wilayah berpopulasi Sunda, yaitu di Kabupaten
Brebes bagian
selatan, dan Kabupaten
Cilacap bagian
utara sekitar kecamatan Dayeuhluhur penduduknya
yang merupakan suku Sunda masih menggunakan bahasa Sunda dalam
kehidupan sehari-harinya, sebagai bagian dari peninggalan kerajaan
Galuh di Cilacap dan Brebes,
dialek Bahasa
Sunda yang
ada di wilayah Jawa Tengah dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
- Bahasa Sunda dialek Timur-Laut, digunakan di wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon wilayah timur dan Kabupaten Brebes wilayah Barat dan Selatan.
- Bahasa Sunda dialek Tenggara, digunakan di wilayah Kabupaten Ciamis sekitar Kota Ciamis dan Kota Banjar dan wilayah Kabupaten Cilacap bagian Utara.
Berbagai
macam dialek yang terdapat di Jawa Tengah :
- dialek Pekalongan
- dialek Kedu
- dialek Bagelen
- dialek Semarang
- dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
- dialek Blora
- dialek Surakarta
- dialek Yogyakarta
- dialek Madiun
- dialek Banyumasan (Ngapak)
- dialek Tegal-BrebesSebagian besar penduduk Jawa Tengah beragama Islam dan mayoritas tetap mempertahankan tradisi Kejawen yang dikenal dengan istilah abangan.Agama lain yang dianut adalah Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan puluhan aliran kepercayaan. Penduduk Jawa Tengah dikenal dengan sikap tolerannya. Sebagai contoh di daerah Muntilan, Kabupaten Magelang banyak dijumpai penganut agama Katolik, dan dulunya daerah ini merupakan salah satu pusat pengembangan agama Katolik di Jawa. Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan populasi Kristen terbesar di Indonesia , Lain daerah Suatu Desa di Sumpiuh, Banyumas 100 % Beragama Islam dan Banyumas adalah Populasi Islam terbesar di Indonesia.Jawa Tengah banyak terdapat obyek wisata yang sangat menarik. Kota Semarang memiliki sejumlah bangunan kuno. Obyek wisata lain di kota ini termasuk Puri Maerokoco (Taman Mini Jawa Tengah) [(Museum Jawa Tengah Ranggawarsita)]dan Museum Rekor Indonesia (MURI).Salah satu kebanggaan provinsi ini adalah Candi Borobudur, yakni monumen Buddha terbesar di dunia yang dibangun pada abad ke-9, terdapat di Kabupaten Magelang.Candi Mendut dan Pawon juga terletak satu kompleks dengan Borobudur.Candi Prambanan di perbatasan Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Di kawasan Diengterdapat kelompok candi-candi Hindu, yang diduga dibangun sebelum era Mataram Kuno. Kompleks candi Gedong Songo terletak di lereng Gunung Ungaran, Kabupaten Semarang.Surakarta dipandang sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa, dimana di kota ini terdapat Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Obyek wisata menarik di luar kota ini adalah Air Terjun Grojogan Sewu dan candi-candi peninggalan Majapahit di Kabupaten Karanganyar; serta Museum Fosil Sangiran yang terletak di jalur Solo-Purwodadi.Bagian selatan Jawa Tengah juga menyimpan sejumlah obyek wisata alam menarik, di antaranya Goa Jatijajar dan Pantai Karangbolong di Kabupaten Kebumen, sertaBaturraden di Kabupaten Banyumas. Di bagian utara terdapat Obyek Wisata Guci di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal; serta Kota Pekalongan yang dikenal dengan julukan 'kota batik'.Kawasan pantura barat banyak menyimpan wisata religius. Masjid Agung Demak yang didirikan pada abad ke-16 merupakan bangunan artistik dengan paduan arsitektur Islam dan Hindu. Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kawasan pantura barat terdapat 3 makam wali sanga, yakni Sunan Kalijaga di Demak, Sunan Kudus di kota Kudus, dan Sunan Muria di Kabupaten Kudus. Kudus juga dikenal sebagai 'kota kretek', dan kota ini juga terdapat museum kretek.
Macam-Macam Tari Tradisional Jawa Tengah1. Tari Merak Jawa TengahTari Merak meerupakan tari paling populer di Tanah Jawa. Versi yang berbeda bisa didapati juga di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur. Seperti namanya tarian Merak merupakan tarian yang melambangkan gerakan-gerakan burung Merak. Merupakan tarian solo atau bisa juga dilakukan oleh beberapa orang penari. Penari umumnya memakai selendang yang terikat dipinggang, yang jika dibentangkan akan menyerupai sayap burung. Penari juga memakai mahkota berbentuk kepala burung Merak. Gerakan tangan yang gemulai dan iringan gamelan, merupakan salah satu karakteristik tarian ini.2. Tari GambyongKonon Tari Gambyong tercipta berdasarkan nama seorang penari jalanan (tledhek) yang bernama si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820). Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik jelita dan memiliki tarian yang cukup indah. Tak heran, dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong.Tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing.Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara dipikul.Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu jumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.3. Tari SintrenSintren adalan kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Sintren adalah sebuah tarian yang berbau mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta Sulasih dan Sulandono.Tersebut dalam kisah bahwa Sulandono adalah putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya R.Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung malalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang pada saat meninggal jasadnya raib secara goib, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih,pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R.Sulandono, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R.Sulandono.Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren,sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan cacatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari betul-betul masih dalam keadaan suci (perawan). Sintren diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, dibantu pawang dan diiringi gending 6 orang, sesuai pengembangan tari sintren sebagai hiburan budaya maka dilengkapi dengan penari pendamping dan bador (lawak).4. Tari Bondan PayungPada Tari Bondan, tarian dari Surakarta, seorang anak wanita dengan menggendong boneka mainan dan payung terbuka, menari dengan hati-hati di atas kendi yang diinjak dan tidak boleh pecah. Tarian ini melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan hati-hati.5. Tari AngsaTari Angsa adalah Tarian yang menggambarkan keagungan seorang Dewi yang diiringi oleh sekelompok burung angsa. Di dalam tarian ini terdapat perpaduan antara kebudayaan Timur maupun Barat. Dibawakan oleh 7 orang penari wanita (satu orang penari berperan sebagai Dewi, enam orang penari sebagai angsa).6. Tari Bugis KembarTari Bugis Kembar adalah tarian yang sering digunakan untuk menjamu tamu, anak kembar emas yaitu seorang laki-laki dan seorang perempunan.
ADAT ISTIADAT KAB.KEBUMEN
Macam-macam Kenduren :Kenduren/ selametan adalah tradisi yang sudaah turun temurun dari jaman dahulu, yaitu doa bersama yang di hadiri para tetangga dan di pimpin oleh pemuka adat atau yang di tuakan di setiap lingkungan, dan yang di sajikan berupa Tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Tumpeng dan lauknya nantinya di bagi bagikan kepada yang hadir yang di sebut Carikan ada juga yang menyebut dengan Berkat.Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya,kenduren itu sendiri bermacam macam jenisnya, antara lain :- kenduren wetonan ( wedalan )Di namakan wetonan karena tujuannya untuk selametan pada hari lahir ( weton, jawa ) seseorang. Dan di lakukan oleh hampir setiap warga, biasanya 1 keluarga 1 weton yang di rayain , yaitu yang paling tua atau di tuakan dalam keluarga tersebut. Kenduren ini di lakukan secara rutinitas setiap selapan hari ( 1 bulan ). Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung nya ( ayam panggang ).
- Kenduren Sabanan ( Munggahan )Kenduren ini menurut cerita tujuannya untuk menaik kan para leluhur. Di lakukan pada bulan Sya’ban, dan hampir oleh seluruh masyarakat di Watulawang dan sekitarnya, khususnya yang adatnya masih sama, seperti desa peniron, kajoran, dan sekitarnya. Siang hari sebelum di laksanakan upacara ini, biasanya di lakukan ritual nyekar, atau tilik bahasa watulawangnya, yaitu mendatangi makan leluhur, untuk mendoakan arwahnya, biasanya yang di bawa adalah kembang, menyan dan empos ( terbuat dari mancung ). Tradisi bakar kemenyan memang masih di percaya oleh masyarakat watulawang, sebelum mulai kenduren ini pun, terlebih dahulu di di jampi jampi in dan di bakar kemenyan di depan pintu. Menu sajian dalam kenduren sabanan ini sedikit berbeda dengan kenduren Wedalan, yaitu disini wajib memakai ayam pangang ( ingkung ).
- Kenduren LikuranKenduren ini di laksanakan pada tanggal 21 bulan pasa ( ramadan ), yang di maksudkan untuk memperingati Nuzulul Qur’an. dalam kenduren ini biasanya di lakukan dalam lingkup 1 RT, dan bertempat di ketua adat, atau sesepuh di setiap RT. dalam kenduren ini, warga yang datang membawa makanan dari rumah masing2, tidak ada tumpeng, menu sajiannya nasi putih, lodeh ( biasanya lodeh klewek) atau bihun, rempeyek kacang, daging, dan lalapan.
- Kenduren Badan ( Lebaran )/ mudunanKenduren ini di laksanakan pada hari Raya Idul Fitri, pada tanggal 1 sawal ( aboge ). kenduren ini sama seperti kenduren Likuran,hanya tujuannya yang berbeda yaitu untuk menurunkan leluhur. Yang membedakan hanya, sebelum kenduren Badan, biasanya di dahului dengan nyekar ke makam luhur dari masing2 keluarga.
- Kenduren Ujar/tujuan tertentuKenduren ini di lakukan oleh keluarga tertentu yang punya maksud atau tujuan tertentu, atau ayng punya ujar/ omong. Sebelum kenduren ini biasanya di awali dengan ritual Nyekar terlebih dahulu. dan menu wajibnya, harus ada ingkung ( ayam panggang ). Kenduren ini biasanya banyak di lakukan pada bulan Suro ( muharram ).
- Kenduren MuludanKenduren ini di lakukan pada tanggal 12 bulan mulud, sama seperti kenduren likuran, di lakukan di tempat sesepuh, dan membawa makanan dari rumah masing- masing. biasanya dalam kenduren ini ada ritual mbeleh wedus ( motong kambing ) yang kemudian di amsak sebagai becek dalam bahasa watulawang ( gulai ).
Situs berita paling up to date
BalasHapushttp://www.keponews.com
Kami menjual Batu Bacan Palamea Kristal & Batu Bacan Doko Kristal dalam bentuk belum diikat (Loose Gems) dan ada juga bonkahan maupun sudah diikat cincin atau asesoris. Bahan mentah batu bacan diambil langsung dari Desa Palamea, Desa Doko dan Desa Kasiruta di Pulau Bacan - Maluku Utara untuk selanjutnya diasah di workshop kami di Ternate telp/hp 0822 x 4368 x 2879 / pin 28C3EBA7
BalasHapus#.stock terbatas
siapa cepat dia dapat !
bagi yg merasa sudah minat dan ingin transaksi pembelian dengan kami,
adapun cara yg kami sediakan:cod di daerah ternate
dan bagi yg minat datang langsung ke tempat kami
alamat: Jl.labuha No 79
Desa /Kel, Maliaro Rt 014 Rw 005
Kecematan : Ternate Tengah
Kode Pos : 97728
GERANSI PESANAN:
-Barang Tercecer
-Barang Pecah-pecah Apabila Di Gosok
-Barang Tidak Sesuai Dengan Pesanan Kami DLL
Jangan Ragu-Ragu BOS Uang Anda Kembali 100%
#.hati hati terhadap penipuan salah orang bisa tertipu